Selasa, 02 Maret 2010

Permasalahan ringan dengan kejernihan pola pikir menjadi masalah yang membingungkan setelah dipolitisir

Hari ini kita dipertontonkan “drama demokrasi” yang luar biasa terjadi. Tidak lagi berupa perang argumentasi, namun telah merambah pada konflik pribadi dengan balutan emosi. Uniknya hal itu justru terjadi diatas “arena aspirasi” yang harusnya terharmonisasi. Baik itu yang terjadi di dalam gedung megah para dewan, maupun di lebarnya jalan bebas hambatan.

Di dalam gedung megah dewan, para “negarawan’ saling bersih-tegang. Mereka juga saling menyerang dengan menunjukkan sikap arogan. Sikap yang seharusnya dikesampingkan demi kepentingan rakyat keseluruhan, bukan lantaran titipan orang yang tak ingin perubahan. Karena bagaimanapun juga rakyat butuh kejelasan dari yang telah mereka janjikan. Kejelasan berupa tindakan untuk mengubah nasib rakyat dari kesengsaraan menuju kesejahteraan.

Anggota Dewan yang idealnya memperjuangkan kepentingan rakyat kebanyakan, malah sebaliknya mementingkan segelintir golongan. Mereka juga terlihat berkutat pada rencana meng”goal”kan suatu tujuan. Dengan metode mempertanyakan dan mempersoalkan suatu kebijakan. Yang nantinya akan berujung pada proses memakzulkan orang-perorang.

Menarik memang untuk mengikuti proses yang saat ini tengah berjalan. Pada satu sisi ada pembelaan atas suatu kebijakan, namun di sisi lainnya jusru mempermasalahkan. Dinamika pertentangan antar keduanya terus berjalan berdampingan. Klimaksnya yaitu sekarang, dimana tadi telah terjadi suatu perdebatan yang berakhir pada kekisruhan. Dan sekali lagi semua proses tersebut menjadikan rakyat sebagai korban.

Uniknya lagi dari kekisruhan dan kekacauan yang mewarnai dinamika demokrasi siang hari ini. Ketika tadi di dalam gedung dewan tengah terjadi perdebatan, di luarnya juga berlangsung tindakan saling serang. Massa yang menggelar aksi di jalan harus berhadapan dengan barisan aparat pengaman. Dan imbasnya kekacauan tak luput dihindarkan, pengguna jalan pun dirugikan, serta rakyat kian dibingungkan.

Penguraian masalah Century

Mengurai permasalahan yang terjadi sebenarnya cukup sederhana. Dengan menggunakan metodologi berbasis kronologi serta rekonstruksi, kita dapat menyimpulkan benang merah sebagai bentuk tesis sementara; alur skandal ini bermula dari proses akuisisi, kemudian terjadi resesi, lalu pengambilan kebijakan yang setengah hati, hingga aliran dana yang tak pasti.

• Untuk proses akuisisi, menurut mereka para “penyelidik” telah terjadi banyak kejanggalan. Terdapat pula pelanggaran yang mereka temukan. Dan mereka bersepakat pula untuk memproses siapa-siapa yang ditengarai melakukan tindakan yang merugikan.

• Singkat cerita, proses akuisisi tersebut telah dilakukan. Lalu beberapa bank kecil yang di akuisisi tersebut juga melakukan merger atau penggabungan. Kemudian penggabungan tersebut melahirkan Bank Century yang saat ini menjadi pusat perhatian.

• Seiring berjalannya waktu, Bank Century ini pun tumbuh berkembang di kalangan perbankan. Namun resesi global menerpa yang mengakibatkan Bank Century jatuh “sakit” dan berada dalam “perawatan khusus” Bank Indonesia untuk proses penyehatan. Dalam proses penyehatan tersebut maka diperlukan suatu pengambilan kebijakan. Salah satunya dengan menggelontorkan sejumlah “biaya penyembuhan” sebagai bentuk tindakan. Dan kebijakan inilah yang akhirnya menjadi pusat permasalahan serta perdebatan oleh anggota dewan.

• Kebijakan yang telah dilaksanakan tersebut menjadi tema sentral dalam perdebatan. Berbagai pertanyaanpun muncul menyikapi pengucuran dana penyehatan. Untuk apa dana tersebut dikucurkan? Karena dari awal telah banyak kejanggalan. Kemudian beragam asumsi pun bermunculan. Ada yang mengkaitkannya dengan modal kampanye pemilu presiden salah satu pasangan. Yang pada akhirnya juga tak terjawab selama masa penyidikan.

• Benang merah dari skandal Century ini adalah; proses akuisisi dan merger yang pada mulanya bermasalah menimbulkan kecurigaan pula adanya masalah dalam proses kebijakan. Kecurigan beralasan lantaran bank yang dari lahirnya saja telah bermasalah, maka akan menimbulkan masalah pula ketika diselamatkan. Apalagi pemangku kebijakan kala merger dan penyehatan ada persamaan. Ditambah penggelontoran biaya dilakukan pada masa menjelang pemilu, sehingga menumbuhkan tingkat kecurigaan.

Yang lebih menarik lagi adalah klaim “tidak adanya” kerugian keuangan negara dalam pengeluaran dana penyehatan. Hal tersebut dikarenakan dana yang telah dikeluarkan akan kembali dengan menjual saham dalam beberapa tahun kedepan. Ini yang menimbulkan asumsi pribadi bahwa; dana yang telah dikeluarkan tersebut memang memiliki “tujuan”, namun tidak hanya sebatas untuk penyehatan, melainkan juga dalam rangka permodalan kampanye salah satu pasangan. Dengan pertimbangan, dana yang dikeluarkan tersebut akan dikembalikan jika pasangan tersebut kembali memenangkan pemilihan. Dengan begitu tak ada lagi “hutang pinjaman” uang negara.

Mungkin seperti itulah pendangan seorang awam yang telah terjerembab dalam labirin kekisruhan skandal perbankan. Apalagi setelah menonton dari media massa hari ini sebuah pertunjukkan yang disajikan para anggota dewan. Sehingga makin menarik untuk diikuti dan ditunggu penyelesaiannya sebagai bagian dari drama kehidupan.

(sampahfly011/03/03/2010)

1 komentar:

  1. MANTABH.... yang rajin nulis di blog bro coz dr pantauan ane bbrp media lokal yg besar mmenyeleksi calon karyawanny dari tulisan" ny kl kyk kompas tempo republika mereka minta paling sdkit 3 artikel yg ditulis sendiri o/ sang calon karyawan jadi DO U'R BEST DO what U can DO as U'r PASSION hamatsah saudaraku

    BalasHapus