Rabu, 03 Maret 2010

Aksi anarki karena nurani yang terdistorsi

Mahasiswa yang idealnya menjadi agen perubahan, tampaknya saat ini tengah mengalami suatu kebekuan. Hal itu terlihat dari pola kehidupan yang mereka tunujukkan. Mahasiswa tengah mengalami degradasi nurani karena tergerus zaman. Idealisme saat ini telah menjadi hal tabu, bukan lagi sesuatu yang pantas diperjuangkan. Terlebih lagi diskusi-diskusi yang terjadi tak menunjukkan keintelektualan.

Banyak mahasiswa saat ini yang hanya memikirkan hajat pribadi. Memandang keadaan sekeliling seakan tak peduli. Apa lagi berjuang demi negeri? Lebih lagi banyak yang terpaksa menjual harga diri. Bukan hanya sebatas “menjajakan diri”, melainkan menjadi “agen provokasi” atau “makelar aspirasi”. Dan fenomena itu yang sering kita jumpai saat ini.

Menghubungkan hal diatas dengan demonstrasi yang terjadi kemarin hingga hari ini, tak terlepas dari fungsi mahasiswa yang telah terdistorsi. Sehingga mengakibatkan aksi yang berujung pada anarki. Padahal kejadian tersebut dapat diminimalisir, jika mahasiswa yang mengklaim mengatasnamakan rakyat dapat menahan diri. Karena sejatinya mahasiswa harus lebih mengedepankan intelektualitas dalam beraspirasi. Bukan malah menunjukkan cara-cara yang dapat merusak etika dan konstitusi.


Maka wajar jika kemarin dalam arena demokrasi, di dalam gedung nan megah berseri, para wakil rakyat saling berintimidasi. Tidak lagi sebatas mengeluarkan aspirasi, tetapi juga mengarah kepada anarki. Hal tersebut dikarenakan mereka telah terbiasa bersikap demikian sedari mahasiswa, dan tampaknya menjadi sebuah “tradisi”. Mengeluarkan aspirasi untuk berargumentasi dan mempertahankannya sampai “mati”. Sehingga menutup ruang koreksi yang akhirnya menimbulkan arogansi.

Belajar dari masalah yang kemarin hingga saat ini terjadi. Sudah seyogyanya kita semua elemen rakyat saling berintrospeksi serta mengaca diri. Karena jika keanarkian telah menjadi sebuah tradisi dan arogansi telah merasuki hati, maka sudah dipastikan akan menghilangkan etika berdemokrasi. Tinggallah ibu pertiwi menangis di negeri yang indah berseri ini.

(sampahfly012/03/03/2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar