Selasa, 30 Maret 2010

Keislaman dalam Keseharian

Keislaman dalam Keseharian


As-Salam atau Islam, selain merupakan salah satu agama yang ada dunia, lebih merupakan sebagai pedoman hidup umat manusia. Tidak hanya diperuntukkan khusus bagi bangsa Arab semata, melainkan kepada seluruh alam semesta. Sebagaimana dalam firman-Nya; walam arsalnaka illa rahmatan lilalamina.

Rahmat bagi alam semesta

Walau dalam firman tersebut berbunyi; “walam arsalnaka” yang berarti “dan tidaklah Aku mengutus kamu”, mengindikasikan adanya suatu objek (kamu) yang mengarah pada orang kedua (manusia). Dan manusia yang dimaksudkan tersebut tak lain adalah Muhammad bin Abdullah, sang pembawa kabar gembira. Namun dalam intepretasi yang lebih luas lagi, objek tersebut dapat saja merujuk pada sesuatu hal berupa nilai ataupun suatu benda.

Kabar gembira dari Tuhan itu termanifetasikan dalam diri Muhammad bin Abdullah sebagai seorang insan manusia. Namun bukan seperti manusia biasa pada umumnya, Muhammad layaknya manusia setengah dewa. Karena sejak kecilnya, prilaku maupun moralnya selalu terpelihara dan terjaga. Sehingga dari dirinya mengeluarkan seberkas “cahaya”. Cahaya (nur Muhammad) yang kini telah menerangi dunia. Setelah pada sebelumnya mengalami masa kegelapan atau jahiliyah yang penuh prahara.

Asal- muasal diutusnya Muhammad bin Abdullah ke dunia

Muhammad bin Abdullah diutus dengan tujuan yang mulia. Yaitu menafikan segala bentuk penindasan terhadap manusia. Dan menghapus strata sosial (prestise) dalam sistem kemasyarakatan yang ada. Serta pula meluluhlantahkan sistem kasta dalam budaya feudal lama. Dan mengangkat derajat para hamba sahaya. Sehingga melahirkan jenjang kesetaraan antar sesama. Namun memandang lain dalam ranah yang berbeda, seperti dalam iman dan takwa.

Cahaya serta nilai yang terkandung dalam diri Muhammad itu yang kemudian menjadi suatu ajaran agama. Ajaran yang menjunjung tinggi nilai budi pekerti ramah dan bersahaja. Ajaran mengenai pola hidup sederhana. Dengan tidak meprioritaskan pada harta dunia yang justru akan menjerumuskan ke dalam sikap riya. Ajaran-ajaran itu terkodifikasi dalam agama yang paripurna, yaitu dalam Islam yang sempurna. Yang di ridhai pula oleh Tuhan Yang Maha Esa.


***bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar