Senin, 22 Maret 2010

Kedewasaan yang dipaksakan (Jilid 2)

“Kedewasaan yang dipaksakan” terhadap anak tidak hanya diindikasikan oleh faktor musik saja. Melainkan pula ada indikasi lainnya yang cenderung berdampak pada hal yang berbahaya. Contoh saja mempekerjakan seorang anak di jalan raya. Hal tersebut sebenarnya tidak berdiri sendiri tanpa faktor motif atau alasan dibelakangnya. Seperti memenuhi kebutuhan hidup, kemiskinan, dan sebagainya. Namun ketika hal itu telah mengerucut pada satu penyebutan istilah; seperti mengekploitasi, maka akan menimbulkan sebuah penilaian yang negatif dalam berbagai paradigma.

• Motif memenuhi kebutuhan hidup menjadi salah satu hal yang utama

Eksploitasi anak, seperti dijelaskan sebelumnya, tidaklah berdiri sendiri tanpa faktor lain yang melatarinya. Seperti eksploitasi yang dilakukan oleh orang tua pada anaknya. Tidaklah dilakukan demi “merauk untung” semata dari hasil mempekerjakan anaknya di jalan raya. Namun mungkin lebih dikarenakan faktor ekonomi keluarga. Sehingga dengan “berat hati” membiarkan sang anak bekerja.

Tidak hanya yang menimpa mereka para rakyat miskin kota. Tetapi juga merambah pada masyarakat desa. Seperti sebagian masyarakat desa yang senantiasa “memperdagangkan” anak gadisnya. Yang terhitung masih dibawah umur dan harusnya dalam pengawasan orang tua. Tetapi karena factor ekonomi, mereka menjadikannya sebagai seorang “wanita” yang bernilai ekonomis untuk dijajakkan pada sang pria.

• Kemiskinan yang membutakan mata

Kedua contoh kasus tersebut bukanlah sebatas buah bibir saja, tetapi telah menjadi sebuah realita yang nyata. Bagaimana kemiskinan menjadi alasan untuk menghalalkan berbagai cara. Ini yang menjadi sebuah keironian di dunia, karena kemiskinan ternyata telah membutakan mata. Dan kemiskinan secara ekonomi juga telah memiskinkan hati dan moral sebagian dari kita.

Sebenarnya jika kita mau melihat dan merasakan lebih dalam dari apa yang terjadi pada suatu fenomena. Kita mungkin akan menafikan cara diatas walau pada kenyataannya kemiskinan membelenggu dan menerpa. Karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa masa pertumbuhan serta perkembangan seorang anak merupakan tanggung jawab orang tua.

• Anaklah yang akhirnya merasakan nestapa

Apa yang kelak dicitakan orang tua terhadap anaknya berangkat dari sana. Karena masa pertumbuhan dan perkembangan seorang anak merupakan masa-masa yang sangat berharga. Pada masa tersebut seorang anak mulai mengenal dunia. Mulai berproses dalam mengembangkan pribadinya. Dan mulai membuka cakrawala berpikir yang kelak akan menjadikannya seorang dewasa.

Namun yang terjadi adalah kebalikannya. Seorang anak seakan dihadapkan pada kerasnya hidup dan kejamnya dunia. Mereka harus berjuang mempertahankan hidup, baik baginya maupun keluarga. Sehingga masa anak yang harusnya mereka nikmati dengan keriangan seakan tak berpihak, bahkan menjauh dan menghilang darinya.

Hal tersebut menyedihkan dan juga menorehkan sebuah duka. Bagaimana kemiskinan memupuskan harapan hidup mereka. Bagaimana kemiskinan juga telah menenggelamkan mereka pada nestapa. Mereka para anak dipaksakan untuk menjadi seorang dewasa. Yang harusnya tak mereka hadapi dengan minimnya usia. Namun harus mereka terima sebagai sebuah hadiah dan warisan orang tua.

Kita semua idealnya harus menumbuhkan kepekaan terhadap sesama dan pada realita yang ada. Karena bagaimanapun juga, seperti kasus diatas, mereka merupakan para anak Indonesia yang harusnya dijaga dan dipelihara bersama. Agar kelak mereka dapat menjalani hidup seperti biasa layaknya para anak pada umumnya. Dan mungkin akan menjadi penerus bangsa yang membawa Indonesia pada kehidupan adil sejahtera.

(sampahfly020/22/03/2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar