Kamis, 04 Maret 2010

Aksi anarki karena nurani terdistorsi (Jilid 2)

Melanjuti sampah (tulisan) sebelumnya, kembali kita disajikan tata cara menyampaikan pendapat dengan tindak kekerasan. Para mahasiswa berunjuk rasa dengan cara-cara yang tidak elegan. Memang tak dipungkiri akan kemurkaan mereka ketika turun ke jalan. Hal tersebut dikarenakan sikap pembalasan akibat sebelumnya terjadi penyerangan.

Kekerasan tidak hanya dilakukan para mahasiswa, wargapun turut bertindak demikan. Hal itu merupakan reaksi dari aksi mahasiswa yang dinilai mengganggu ketertiban. Alasan warga cukup relevan jika melihat aksi yang digelar mahasiswa dengan meblokir jalan serta membakar ban. Sehingga warga emosi dan melakukan penyerangan dalam rangka pengusiran.

Serang menyerang kemudian tak lagi dapat dihindarkan. Karena kedua elemen masyarakat (mahasiswa dan warga) sudah “tersulut” oleh keadaan. Namun kejadian tersebut harusnya dapat dicegah jika aparat tegas mengamankan. Karena selama berlangsungnya aksi mahasiswa mereka setia menemani dengan brigade pengaman.

Mengklasifikasi agenda dalam aksi

Kejadian diatas merupakan salah satu contoh dari “nurani yang terditorsi”. Para “wakil rakyat”, entah itu anggota dewan maupun mahasiswa, sepertinya sudah melupakan agenda besar yang diembannya dalam diri. Kesejahteraan rakyatlah yang harusnya diprioritaskan dalam setiap aksi. Tetapi justru yang terjadi adalah agenda pribadi yang dijargonkan dalam aksi selama ini.

Jika melihat “peta agenda aksi” selama ini, memang lebih didominasi pada lingkup kepentingan golongan maupun pribadi. Tidak mengeneralkan agenda yang dapat mewakili kepentingan seantero negeri. Aksi pengusutan kasus Century maupun aksi pro dan kontra pemerintah saat ini merupakan contoh dari agenda pribadi. Tidak lebih dari sekedar basa basi, karena esensinya rakyat tetap tereliminasi.

Memang harus ada sebuah perubahan yang fundamental untuk mengatasi krisis ini. Mereka yang turun kejalan seyogyanya lebih mengutamakan kepentingan rakyat seluruh negeri; Mahasiswa tidak hanya berkutat pada masalah Century. Pendukung presiden tidak hanya membela idolanya dengan melindungi. Para penentangnya pun tak hanya sebatas menyarankannya untuk berhenti. Terlebih lagi bagi ormas jangan hanya meng”order” setiap aksi.

Jika semua elemen rakyat dapat memilah-milah mana yang menjadi urusan pribadi maupun negeri. Maka kesejahteraan akan terimplementasi. Dengan catatan bersama-sama menyatukan persepsi dan ikut terlibat dalam membangun negeri sendiri. Bukan malah melakukan satu tindakan aksi yang berujung pada anarki.

(sampahfly013/04/03/2010)

1 komentar:

  1. Woi BOss!!
    ni cep..disuruh riris komen d blog nya aa cenah....hahahaha
    Blognya politik n sosial banget a...kalo blog saya budaya pisan...
    lay out blog nya rapih..
    okeh kunjungi juga blog sya di lowliet.wordpress.com

    BalasHapus