Pidato presiden yang telah kita ikuti bersama tadi, sedikit telah menenangkan eskalasi perpolitikan dalam negeri, minimal untuk malam hari ini. Namun tak dapat dijamin apa yang esok akan terjadi. Mungkin saja berbagai aksi akan kembali mewarnai. Ditambah lagi perjalanan kasus Century belum sepenuhnya selesai sampai sini. Masih terdapat setengah perjalanan menuju penyelesaian yang hakiki.
Dalam pidatonya, terlihat bagaimana presiden sangat mengikuti apa yang selama ini terjadi. Beliau memaparkan secara komprehensif mengenai skandal Century. Dalam pandangannya, beliau membenarkan “kebijakan” pemerintah kala itu ketika menyelamatkan Bank Century dengan berpijak pada kondisi. Dan beliau mengapresiasi keputusan para “pemangku kebijakan” dalam penyelamatan sistem ekonomi.
Namun beliau menyayangkan sikap para politisi dalam menyelidiki kasus ini. Menurutnya, mereka bekerja berangkat dari sebuah asumsi. Asumsi yang dinilai olehnya berupa fitnah semata karena pada akhirnya pun tak terbukti. Selain itu, beliau pun menyayangi apa yang diselidiki dan interogasi mengesampingkan keadaan ekonomi kala itu yang dilanda resesi.
Pidato beliau secara inplisit tidak menyinggung mengenai koalisi. Walau kemarin secara jelas terlihat adanya “pembangkangan” persepsi. Namun beliau enggan untuk membahas peristiwa tadi. Meski kekecewaan meliputi diri karena ditinggal pergi. Namun beliau justru lebih memfokuskan pada kontelasi negeri, pasca sidang parlemen kemarin dalam penetapan opsi.
Sikap presiden tadi ketika berpidato menunjukkan sikap seorang ksatria sejati. Karena beliau tidak mengungkit kekalahan dan sakit hati. Namun lebih mengedepankan urusan negeri dan menyerahkan rekomendasi anggota parlemen kepada konstitusi. Sikap demikian yang ditunggu oleh rakyat seantero negeri. Sang pemimpin “tidak cengeng” seperti apa yang ditunjukkannya ketika terjadi sebuah kontroversi. Yaitu ketika terjadi unjuk rasa dalam memperngati Hari Anti Korupsi.
Mudah-mudahan sikap presiden seperti tadi yang selalu dimiliki. Agar rakyat bangga kepada pemimpinnya dan berpikir lagi untuk berdemonstarsi. Apalagi untuk membawa hewan ke arena demokrasi sebagai bentuk analogi. Dengan sikap demikian maka presiden dianggap lebih berwibawa dan lebih dihormati.
(sampahfly014/04/03/2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar