Perkembangan teknologi saat ini terasa begitu pesattnya. Terhitung sejak bergulirnya revolusi industri di tanah britania pada abad ke-18, dimana tenaga mesin menjadi lebih dominan. Dan hingga detik ini dimana mesin (teknologi) telah mendampingi hidup kita sebagai manusia modern. Terlebih lagi mengenai teknologi informasi yang kian menghegemoni di awal millennium ketiga ini.
Teknologi informasi saat ini tengah menjadi primadona di kalangan kita. Katakan saja; televisi, komputer, telepon genggam dan sebagainya, telah menjadi pendamping hidup yang setia. Tanpanya mungkin hidup menjadi hampa, tak berirama dan berwarna, karena tiadanya sumber informasi serta komunikasi.
Saat ini perkembangan teknologi informasi sepadan sejalan dengan penggunaannya, contohnya telepon genggam yang hampir dimiliki oleh setiap individu. Jika jumlah pengguna telepon genggam, khususnya di Indonesia berkisar 100 juta dengan asumsi jumlah tersebut merupakan penduduk usia produktif-mampu. Maka dapat diasumsikan bahwa setengah penduduk Indonesia idealnya mengalami “kemajuan” dalam arti intelektualitas. Karena logikanya semakin maju tingkat komunikasi dan informasi, semakin meningkat pula ilmu pengetahuan teknologi.
Namun pertanyaannya adalah; apakah kita bangsa Indonesia dengan jumlah pengguna teknologi informasi yang besar telah mengalami suatu kemajuan? Jika direnungkan, tampaknya kemajuan ilmu dan teknologi belum menjamah sepenuhnya bangsa ini. Kita hanya mengalami kemajuan pada gaya hidup. Kita beramai-ramai menggunakan teknologi informasi, tetapi hanya sebatas konsumerisme dan memenuhi gaya hidup manusia modern. Hanya sedikit yang memanfaatkannya untuk keperluan pengembangan ilmu dan teknologi.
Ironisnya justru teknologi informasi (contoh; internet) tersebut menyebabkan “autisme berjamaah”. Keautisan tersebut sebenarnya didasari pada ketidaksiapan kita dalam menerima kemajuan teknologi dari luar. Analoginya adalah seorang anak dalam usia pertumbuhan yang mendapat mainan baru dari ayahnya. “Seorang anak” disini menggambarkan kita bangsa Indonesia, sedangkan bangsa asing yang lebih maju digambarkan oleh “ayah”, dan “mainan baru” merepresentasikan teknologi informasi yang kita unduh.
Teknologi informasi ini telah menghipnotis dan menjadikan kita autis. Karena kita menanggapinya dengan kesenangan yang berlebihan. Kita lebih banyak disajikan oleh menu-menu special yang membuat kita mabuk kepayang. Lantas mejadikan kita lupa terhadap kenyataan diri dan terhanyut ke dalam dunia maya. Pada titik inilah keautisan itu terjadi.
Contohnya adalah keasikkan dalam mengakses internet, mengunduh berbagai tampilan didalamnya. Hingga menciptakan “avatar” khayal dalam dunai “matriks” yang merepresentasikan dirinya. Sehingga kita merasa hidup di dalam sana dan hanya berjibaku di dalamnya.
Beberapa tahun lalu penelitian di Jepang menghasilkan tingkat kecelakaan lalu lintas yang meningkat lantaran meningkatnya jumlah pengguna telepon genggam. Ternyata penyebabnya adalah banyak pengendara yang menelepon saat berkendaraan. Dan kini di Indonesia tengah mengalami hal yang serupa. Bahkan ada rancangan pelarangan penggunaan telepon genggam saat berkendara. Dan lebih kontroversialnya justru rencana perundang-undangan tentang pengaturan konten di internet.
Namun dari permasalaan keatusian yang utama adalah terenggutnya sense dalam bersosial. Dan hal inilah yang harusnya kita hindari. Jangan sampai penggunaan teknologi informasi justru membelenggu kita dalam bersosialisasi dalam dunia nyata. Karena sefektif apapun situs “jejaring sosial” dalam dunia maya tidak dapat menggantikan posisinya di dunia nyata. Bahkan hal itu dapat menjauhkan social responsibility terhadap saudara kita yang tak mampu secara financial maupun akses terhadap situs jejaring social.
Semoga kita dapat memanfaatkan kemajuan teknologi infomasi ini secara tepat. Agar bermanfaat bagi kita pengguna maupun mereka yang tak mampu menggunakannya. Maka dibutuhkan peran aktif untuk memfasilitasi mereka yang tak mampu mengunduhnya dengan kita sebagai “media” informasi sekaligus edukasi. Sehingga kita terhindar dari keautisan berjamaah lantaran terinjeksi virus teknologi informasi.
(sampahfly004/21/02/2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar