Minggu, 21 Februari 2010

Bom II Kuningan: Agama sebagai sebuah pedoman; usia remaja yang rentan; dan solusi yang mengatasnamakan keyakinan.

“Wong edan”, mungkin ucapan itu yang terlontar dari mulut seorang awam melihat rekaman video pelaku bom bunuh diri. Bagaimana tidak, seorang remaja berusia sekitar 18 tahun menjadi “pengantin” dalam resepsi peledakan bom di Kuningan tahun lalu. Dari rekaman terlihat pengantin tersebut begitu yakin dengan tindakan jihadnya. Dengan lugasnya dia menyebut bahwa tindakannya merupakan perintah agama dan akan mendapat “award” berupa surga beserta segala isi termasuk wanitanya. Lucunya, pengantin tersebut menunjukkan sebuah mahar untuk “menikahi” wanita surganya. Tak lain mahar tersebut adalah objek atau target dari peledakan bom.

Seorang remaja menjadi pelaku peledakan bom. Bagaimana dia dapat begitu yakin dengan pilihan hidupnya. Mau mengabaikan masa muda dengan cara meledakkan diri mengakhiri hidup. Fenomena ini mencengangkan karena tak masuk akal, namun tak dapat pula disangkal. Hanya menyisakan suatu pertanyaan yang sulit dijawab dengan logika yang dangkal.

Coba kita rekonstruksi permasalahan ini mendalam; agama sebagai suatu pedoman, remaja yang sedang bimbang, dan solusi yang mengatasnamakan keyakinan.

• Agama merupakan sumber pedoman hidup. Bagaimana kemaslahatan itu selalu menjadi jargon utama dan kedamaian merupakan subtansinya. Perintah dan larangan mengatur hidup penganutnya. Dan hal ini yang menjadi alat legitimasi bagi para pelaku peledakan bom. Dengan dalih atas perintah agama menghalalkan segala cara.
Padahal seperti diatas, agama memerintahkan kita untuk menjunjung tinggi kedamaian agar tercipta kemaslahatan. Bukan sikap “anarki” yang merusak ketertiban umum, kemudian mengklaim sebagai bagian dari perintah agama. Walaupun perintah itu benar berasal dari agama, tetapi seyogyanya pengimplementasian itu mengutamakan kemaslahatan bersama.
Agama memang memrintahkan para penganut untuk berjuang dijalan-Nya. Dan akan diberi ganjaran yang istimewa. Namun bukan perjuangan dengan memusuhi orang yang justru tidak memusuhi. Tetapi malah memerintahkan penganutnya untuk lebih bersikap adil. Bahkan seorang “panutan besar” pun tidak pernah bersikap dzalim terhadap musuhnya. Beliau malah merangkul para musuhnya untuk kembali kejalan yang benar.

• Usia remaja yang rentan, mengakibatkan mereka bimbang dalam menentukan jati dirinya. Kebimbangan tersebutlah yang “diberdayakan” oleh para otak peledakan bom. Dengan cara perekrutan layaknya audisi selebriti, selanjutnya dengan metode “pembersihan otak”, yang disertai kemudian dengan menanamkan poin-poin kebencian dan mengemasnya dalam bentuk keyakinan. Menjadikan mereka para “pengantin” haqulakin akan tindakannya.
Kemudahan inilah yang selanjutnya menjadikan para remaja sebagai target perekrutan para otak peledakkan bom. Karena prosesnya yang tidak begitu sulit, ditambah kegamangan mereka, menjadikan remaja rentan menjadi korban perang ideology. Tak dapat dipungkiri juga bahwa mereka para pelaku peledakan memiliki ideology yang seragam. Menjadikan jalan “jihad” dengan mengangkat senjata sebagai yang utama. Mengesampingkan rambu-rambu keadaban.

• Solusi penyelesaian kebimbangan dengan mengatasnamakan keyakinan inilah yang menjadi tren saat ini. Keyakinan dijadikan alat legitimasi untuk bertindak diluar keyakinan pada umumnya. Sehingga timbul anomaly keyakinan dalam masyarakat. Dan menciptakan keyakinan-keyakinan diluar jalur pakemnya sebagai bentuk perlawanan dan ekstensi diri.
Eksistensi diri ini yang ingin ditunjukan oleh remaja. Sehingga dengan agama yang dimiliki dalam balutan keyakinan yang sejati. Mereka siap menjadi pengantin dan melangsungkan resepsi demi wanita surganya dengan mahar yang menjadi objek tindakannya.

Dengan demikian maka kita harus lebih membentengi diri, menyaring ideologi, serta membersihkan hati agar tidak terjerumus dalam gurita keyakinan yang kaku dan semu. Alih-alih ingin menjadi pejuang agama, tetapi malah menjadi perusak bangsa. Semoga kita selalu berada dalam lindungan-Nya dan terhindar dari siksa-Nya.

(sampahfly005/21/02/2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar